Science Of Fools
Image by Aries ELavo -

Jumat, 28 Agustus 2015

Pengertian Kebudayaan

LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN
Cara hidup manusia dengan berbagai sistem tindakan di jadikan sebagai objek penelitian dan analisis oleh ilmu antropologisehingga aspek belajar merupakan aspek pokok. Itulah sebabnya dalam hal memberi pembatasan terhadap konsep “kebudayaan” atau  culture, ilmu antropologi berbeda dengan ilmu lain. Kalau dalam sehari-hari “kebudayaan di batasi hanya pada hal-hal yang indah (seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, kesusastraan, dan filsafat0 saja. Sedangkan dalam ilmu antropologi lebih luas sifat dan ruang lingkupnya.
Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, da hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang di jadikan milik diri manusia dengan belajar.[1]
Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu di biasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang membawa dalam gen bersama kelahirannya (seperti makan, minum, dan berjlan dengan kakinya), juga di rombak olehnya menjadi tindakan berkebudayaan.
Definisi yang menganggap bahwa “kebudayaan” dan “tindakan kebudayaan” itu adalah segala tindakan yang harus di biasakan oleh manusia dengan belajar (learned behavior), juga di biasakan okeh ahli antropologi terkenal seperti C.Wissler, C.Kluckhohn, A.Davis, atau A.Hoebel. definisi yang mereka ajukan hanya beberapa saja di antara banyak definisi lain yang pernah di ajukan, tidak hanya para sarjana antropologi tetapi juga leh para sarjana ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, filsafat, sejarah, kesusastraan,. Sarjana antropologi, A.L.Kroeber dan C.Kluckhohn, pernah mengumpulkan sebanyak mungkin definisi tentang kebudayaan yang pernah di nyatakan orang dalam tulisan, dan ternyata bahwa ada paling sedikit 160 buah definisi. 160 buah definisi itu kemudian mereka analisis, di cari latar belakang, prinsip dan intinya, kemudian di klasifikasikan ke dalam beberapa tipe definisi. Hasil penelitian meneganai definisikebudayaan tadi di terbitkan menjadi buku berjudul: Culture, A Critical Review of Concepts dan Definitions.
PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Menurut Koentjaraningrat kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat di artikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada sarjana lain yangbmengupas kata budaya sebagai suatu suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang bararti “daya dan budi”. Karena itu merek membedakan “budaya” dan “kebudayaan”. Demikianlah “budaya” adalah “daya dan budi” ynag berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam “antropologi budaya” perbedaan itu di tiadakan. Budaya dan kebudayaan artinya sama saja.
            Bagi seorang ahli antropologi, istilah “kebudayaan” mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang telah merupakan ciri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu. Sehubungan dengan itu maka kebudayaan terdiri dari hal-hal seperti bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kepercayaan agama dll.
Menurut pendapat umum/pandangan masyarakat sehari-hari, kebudayaan adalah sesuatu yang berharga atau baik.
Arkeologi, linguistik, etnologi, subdisiplin, yang akan di bahas sesuatu ini semua berhubungan dengan kebudayaan manusia dan dengan demikian dapat di kelompokkan dalam sebagian luas yang di sebut antropologi budaya. Konsep kebudayaan adalah demikian pentingnya untuk memahami antropologi sehingga perlu satu bab khusus seluruhnya digunakan untuk merumuskan dan mendiskusikannya.[2]
SIFAT SUPERORGANIK KEBUDAYAAN
            Manusia muncul di muka bumi, tentu telah ada benih-benih kebudayaan. Telah ada bahasa sebagai alat komunikasi untuk perkembangan sistem pembagian kerja dan interaksi antara warga kelompok. Ada kemampuan akal manusia untuk menegmbangkan konsep-konsep lama makin tajam, yang dapat disimpan dalam bahasa dan bersifat akumulatif. Mungkin waktu itu sudah ada alat-latnya yang pertama berupa sebatang kayu untuk tongkat pukul dan segumpal batu untuk senjata lempar  kemudian di peruncing sehingga menjadi senjata yang berguna sebagai alat tusuk, alat potong dll. Beribu tahun kemudian dalam evolusi organik tampak perbedaan beragam ras, evolusi kebudayaan mulai bercocok tanam dan kehidupan menetap.
Apabila proseskebudayaan manusia kita bandingkan dengan evolusi organiknya. Dengan cara menggambar dua garis grafik yang sejajar, maka akan tampak bahwa untuk waktu hanya 2 juta tahun kedua garis itu sejajar artinya sama cepatnya. Tetapi pada tempt yang menandakan waktu kira-kira 80.000 tahun lalu di pakai waktu terjadinya homo sapiens, mulai melepaskan diri dari garis evousi organisme manusia. Dengan melalui dua peristiwa revolusi kebudayaan yaitu revolusi pertanian dan revolusi perkotaan, proses perkembangan tampak membumbung tinggi dengan suatu kecepatan yang seolah-olah tidak dapat di kendalikan sendiri, dalam waktu hanya 200 tahu saja melalui peristiwa yang di sebut revolusi industri
Proses perkembangan kebudayaan yang seolah-olah melepaskan diri dari evolusi organik dan terbang sendiri membumbung tinggi ini merupakan proses yang oleh ahli antropologi A.L.Kroeber di sebut proses perkembangan superorganic dari kebudayaan.
WUJUD KEBUDAYAAN
      Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu:
1.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan pikiran manusia.
Sistem budaya karena hal tersebut saling berkaitan berdasarkan asas-asas yang erat hubungannya sehingga menjadi relatif mantap dan kontinyu. Sifatnya abstrak, lokasinya da dalam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu hidup. Contohnya, jika warga masyarakat menyatakan gagasan mereka tadi dalam tulisan maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan atau buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Sekarang kebudayaan ideal banyak yang tersimpan dalam disket, arsip, koleksi microfilm dan microfish, kartu komputer, silinder, dan pita komputer.
Ide dan gagasanmanusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan itu satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi suatu sistem. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut ini sistem budaya atau cultural system.dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebdayaan ini yaitu adat istiadat.
2.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas manusia serta tindakan berpola dari manusia dan masyarakat.
Wujud kedua dari kebudayaan ini di sebut sistem sosial atau social system,tentang tindakan berpola dari tindakan manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan dan bergaul dari waktu ke waktu, se;lalu menurut pola-pola tertentu yang berdasar adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas-aktivitas manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-sehari bisa di observasi, di foto, dan di dokumentasi.
3.      Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Aktivitas manusia yang berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya, disebut kebudayaan fisik yang mulai dari benda yang diam sampai benda yang bergerak.
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Unsur-unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi, maupun yang besar, kompleks, dan dengan jaringan hubungan yang luas. Menurut konsep B.Malinwski, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal, yaitu:

1.      Bahasa
2.      Sistem teknologi
3.      Sistem mata pencaharian
4.      Organisasi sosial
5.      Sistem pengetahuan
6.      Religi
7.      kesenian

Kerangka kebudayaan merupakan dimensi analisis dari konsep kebudayaan yang di kombinasikan ke dalam suatu bagan lingkaran untuk menunjukan bahwa kebudayaan itu bersifat dinamis. Unsur kebudayaan yang universal itu dapat mempunyi tiga wujud kebudayaan yaitu sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
Sistem sosial dan sistem budaya merupakan sistem-sistem yang secara analisis dapat di bedakan. Sistem sosial lebih banyak membahas kajian sosiologi, sedangkan sistem budaya banyak di kaji dalam disiplin pengetahuan budaya.
Sistem itu memiliki ciri yaitu:

1.      Fungsi
2.      Satuan
3.      Batasan
4.      Bentuk
5.      Lingkungan
6.      Hubungan
7.      Proses
8.      Masukan
9.      Keluaran
10.  Pertukaran.


SISTEM BUDAYA
Sistem budaya merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat atau bagian dari kebudayaan yang di artikan adat istiadat yang mencakup sistem nilai budaya, norma-norma menurut pranata dalam masyarakat yang bersangkutan termasuk norma agama. Fungsi sistem budaya adalah menata dan memantapkan tindakan serta tingkah laku manusia.[3]
Menurut C.Kluckhon, tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan mengandung lima masalah daar dalam kehidupan manusia yaitu:
1)         Masalah hakikat dari hidup manusia
Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu suatu hal yang buruk, misalnya kebudayaan yang terpengaruh oleh agama Budha. Kebudayaan yang memandang hakikat manusia itu buruk maka manusia berusaha menjadikannya suatu hal yang baik.
2)      Masalah hakikat dari karya manusia
Ada kebudayaan yang memandang karya manusia hakkatnyabertujuan untuk memungkinkan hidup, kebudayaan lain menganggapnya untuk memberikannya kedudukaan kehormatan dalam masyarakat, sedangkan kebudayaan lain lagi menganggap sebagai suatuu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
3)      Masalah hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu
Ada kebudayaan yang memandang penting masa lampau dalam kehidupan manusia. Orang akan lebih sering menjadikan pedoman tindakannya contoh-contoh dan kejadian-kejadian masa lampau. Sebaliknya, ada kebudayaan yang dimana orang mempunyai pandangan waktu yang sempit, tidak memusingkan diri pada masa lampau atau masa yang akan datang. Ada kebudayaan lain lagi yang mementingkan perencanaan hidup di masa datang.
4)      Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
Ada kebudayaan yang memandang alam sebagai hal yang dahsyat sehingga manusia pada hakikatnya bersifat menyerah tanpa berusaha banyak. Sebaliknya, ada yang memandang alam sebagai hal yang haus di lawan oleh manusia dan mewajibkan agar menaklukan manusia. Kebudayaan lain lagi menganggap bahwa manusia hanya dapat berusaha mencari keselarasan dengan alam.

5)      Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan seseorang
Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya, manusia berpedoman kepada tokoh-tokoh atau atasan. Kebudayaan lain lebih mementingkan hubungan horisontal antara manusia dengan sesamanya. Manusia sangat ketergantungan kepada sesamanya. Usaha memelihara hubungan baik dengan sesamanya dianggapp sangat penting dalam hidup. Selain itu ada banyak kebudayaan lain yang tidak membenarkan anggapan bahwa manusia tergantung kepada orang lain. Kebudayaan serupa itu mementingkan individualisme yang menganggap manusia harus berdiri sendiri.

      Menurut Bekker (1984:37) kebudayaan sebagai penciptaan dan perkembangan nilai meliputi segala apa yang ada dalam alam fisik, personal, dan sosial yang di sempurnakan untuk realisasi tenaga manusia dan masyarakat. Usaha membudaya selalu dilanjutkan lebih sempurna lagi dan tak akan terbentur pada suatu batas terakhir. Bukan nilai kuantitatif atau mutu kualitatif tersendiri mengandung kemajuan kebudayaan. Yang menentukan adalah kesatuan, sintesis atau konfigurasi nilai-nilai yang wajar.
Unsur kebudayaan hasil penciptaan dan perkembangan nilai meliputi kebudayaan subjektif dan kebudayaan objektif.
·         Kebudayaan Subjektif
Di pandang dari aspirasi fundamental yang ada pada manusia, nilai-nilai batin dalam kebudayaan subyektif terdapat dalam perkembangan kebenaran kebajikan dan keindahan. Dalam hierarki nilai perwujudannya tampak dalam kesehatan badan, penghalusan perasaan, kecerdasan budi bersama bersama dengan kecakapan untuk mengkomunikasikan hasil pemakaian budi kepada lain-lain serta kerohanian. Kesehatan, gaya indah, kebajikan, dan kebijaksanaan merupakan puncak-puncak bakat (ultimatum potetiae) dari badan, rasa kemauan dan akal. Itulah dikonkretisasikan lebih lagi dalam keterampilan, kecekatan, keadilan kedermawanan, elokuensi, dan fungsi-fungsilain yang di kembangkan dalam tabiat manusia oleh pengalaman dan pendidikan. Lewat fungsi-fungsi itu manusia menyempurnakan kosmos dan mengumanisasikan dirinya. Keselarasan nilai-nilai subyektif diutamakan oleh humanisme klasik.


·         Kebudayaan Objektif
Nilai-nilai imanen dalam kebudayaan subjektif harus menyatakan diri dalam tata lahir sebagai materialisasi institusionalisasi.di sana terbentanglah dunia Kebudayaan Objektif yang amat luas dan serba guna, yang di hasilkan oleh usaha raksasa ratusan angkatan sepanjang sejarah. Sedikit demi sedikit dibina, dengan “trial dan error”, dengan maju mundur, dengan pinjam meminjam antar kebudayaan. Di sana dialog manusia alam memuncak. Nilai-nilai yang di realisasikan secara batin, sekali di proyeksi secara serupa merupakan landasan untuk perkembangan batin lebih lanjut dan demikian terus menerus dalam sarang yang semakin kompleks. Nilai-nilai objektif itu, yang juga di sebut hasil unsur kebudayaan itu dapat di sistematisasikan menurut beberapa prinsip pembagian, antara lain: ilmu pengetahuan, teknologi kesosialan, ekonomi, kesenian, dan agama.
SISTEM SOSIAL
Teori sistem sosial di perkenalkan oleh sosiolog Amerika, Talcot Parsons. Konsep sistem sosial merupakan merupakan konsep relasional sebagai pengganti kosep eksistensional perilaku sosial. Konsep struktur di gunakan untuk analisis abstrak, sedangkan konsep sosial merupakan alat analisis realitas sosial sehingga sistem sosial menjadi suatu model analisis terhadap organisasi sosial. Konsep sistem sosial adalah alat pembantu untuk menjelaskan tentang kelompok-kelompok manusia. Model ini bertitik tolak dari pandangan bahwa kelompok–kelompok manusia merupakan suatu sistem. Tiap-tiap sistem sosial terdiri atas pola-pola perilaku tertentu yang mempunyai struktur dalam dua arti, yaitu relasi-relasi sendiri antara orang-orang bersifat agak menetapdan tidak cepat berubah, dan perilaku-perilaku empunyai corak atau bentuk yang relatif mantap.
      Persons menyusun strategi untuk analisis fungsional yang meliputi semua sistem sosial termasuk hubungan berdua, kelompok kecil, keluarga, organisasi kompleks, da juga masyarakat keseluruhan. Sebgai suatu sistem sosial, ia mempunyai bagian yang saling mengikat satu sama lain dalam kebudayaan yang saling menguntungkan. Dalam suatu sistem sosial paling tidak harus terdapat emapat hal, yaitu:
1.      Dua orang lebih
2.      Terjadi interaksi antara mereka
3.      Bertujuan
4.      Memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama yang pedomaninya.
      Kemudian Persons mengatakan bahwa sistem sosial tersebut dapat berfungsi apabila di penuhi empat persyaratan fungsional, yaitu:
1.      Adaptasi, menunjukan pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi lingkungannya
2.      Mencapai tujuan, merupakan persyaratan fungsional bahwa tindakan itu di arahkan pada tuuan-tujuan (bersama sistem sosial)
3.      Integrasi, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interelasi antara para anggota dalam sistem sosial
4.      Pemeliharaan pola-pola tersembunyi, konsep latensi pada berhentinya interaksi akibat keletihan dan kejenuhan sehingga tunduk pada sistem lainnya yang mungkin terlihat
      Model persyaratan fungsional Persons ini dapat di gunakan untuk menganalisis interaksi diantara pola-pola institusional utama di dalam sistem-sistem sosial yang lebih besar. Sistem sosial terdiri atas satuan-satuan interaksi sosial. Unsur-unsur tersebut membentuk struktur sistem sosial itu sendiri dan mengatur sistem sosial. Unsur-unsur sistem soial tersebut terdiri dari:

1.         Keyakinan (pengetahuan)
2.         Perasaan (sentimen)

3.         Kedudukan peranan (status)
4.         Tingkatan atau pangkat (rank)
5.         Kekuasaan atau pengaruh (power)
6.         Sangsi
7.         Sarana atau fasilitas
8.         Tekanan ketegangan (stress-strain)
9.         Tujuan, sasaran, dan cita-cita
10.     Norma


[1]Pengantar Ilmu Antropologi, Prof.Dr.Koentjaraningrat (Jakarta.Rineka Cipta.2009) Hal : 144
[2] Pokok-pokok Antropologi Budaya, T.O.Ihromi (Yayasan Obor Indonesia.2006) Hal :7
[3]Ilmu  Budaya Dasar Suatu Pengantar, M.Munandar Soelaeman (Bandung.Refika Aditama.2001) Hal : 25

BIOGRAFI SOSIOLOGI

Gagasan umum pada masa pencerahan
tokoh  abad pertengahan (ke-18) dalam eksistensi ilmu sosial adalah : Voltaire, Condorcet, mostesquieu, Goethe, gibbon, ferguson, dan kolega-kolega mereka, cara mereka berpikir tidak seragam, tapi ada beberapa proposisi utama yang sedikit banyak lazim dalam pemikiran rasionalisme dan naturalism abad ke-18, yaitu:
1.        Pikiran yang merupakan perangkat yang secara universal dimiliki manusia,
2.       Hakikat manusia sama secara universal, hanya saja perbedaan manifestasi manusia dapat dilihat dari kondisi daerah, latar beakang kehidupandan kebiasaan hidup,
3.       Lembaga (institutions) dibangun bagi manusia, bukan manusia ada untuk lembaga. Intuisi adalah instrument dan berguna dalam kapasitas mereka untuk mengembangkan manusia,
4.       Kemajuan(progress) mrupakan hokum utama masyarakat, keistimewaan masyarakat menurut Condorcet adalah pada perkembangan pemikiran yang continue, setiap zaman memiliki karakteristik permasalahan, akan tetapi hal itu merupakan tahap menuju kemajuan. Karena itu manusia harus memalingkan pandangan dari masa lalu kepada masa depan dan menentukan target masa depan,
5.       Gambaran ideal manusia merupakan realisasi dari kehidupan manusia itu .

Sosiologi berasal dari berbagai disipilin ilmu, struktur ilmunya terakumulasi dari data empirik dan teori ilmu sosial, sosiologi bukan ilmu sosial yang pertama muncul, ada beberapa ilmu yg telah muncul sebelum sosiologi, seperti ilmu politik, ekonomi, geografi.
Ilmu hokum sebagai penunjuk ilmu sosiologi, savigni mengembalikan aspek kehidupan dengan dasar rasional dan pengalaman kehidupan manusia, persamaan logika akan berpengaruh kepada manusia secara otomatis,.
Hasil observasi albion small dalam karyanya origin of sociology di daerah yang belum dikenal kondisi sosialnya, begitupun erich fromm dengan penelitian german constitusional and legal history(1810) menjelaskan sumber materi sejarah dan konsep perkembangan yang terjadi dalam keganjilan institusi sosial,
Auguste comte mengembangkan sosiologi konvensional dalam the cours de philosophic positive(6 vol 1830-42) , yang menjelaskan kondisi sosial organic dalam perkembangan kehidupan manusia dan relasinya, Herbert spencer mengembangkan teori comte dengan tidak membuat transitasi konsep subsistem sosial,
[ sosiologi klasik prof. dr. wardi bachtiar, ms . penerbit rosda. Juni 2006]

Ilmu sosial merupakan disiplin ilmu yang bersahabat dengan disiplin ilmu lainnya, dasar ilmu sosial adalah pengaruh efek samping satu komunitas dengan komunitsa lain , comte, dalam teori sosialnya mengklaim ilmu sosial,





Dalam awal perkembangannya ilmu pengetahuan itu memiliki dua kecenderungan
1.        Ilmu pengetahuan atau sains sangat bergantung pada konteks intelektual disekitarnya
2.       Ide idenya disusun menjadi cabang cabang yang kelak akan lebih memperjelas sains itu sendiri,
Biografi auguste comte

Comte dikenal sebagai bapak sosiolog prancis adalah orang pertama yang menulis tentang reformasi sosial dan gaya baru. Ia pernah tercatat masuk militer pad usia 17 thn, meski dia tidak ikut dalam revolusi prancis, tapi hanya mengambil alih tanah gereja, pernah dipenjara selam aksi terror robe pierre, lalu dia mengabdikan diri pada persosalan reformasi sosial, karya tulis comte:
1.        Introduction to the scientific work of nineteenth century, dipublikasikan pada tahun 1807
2.       The reorganitation of eropean society, tahun 1814
3.       The industrial system, 1821-1822
4.       Political catechisme for industrialist, 1822
5.       New Christianity, 1825
Biografi emile Durkheim


Emile Durkheim 1855-1875 putra seorang yahudi memasuki ecole normale superieure diparis tahun 1879, yang membangkitkan kesukaannya terhadap sosiologi adalah salah satu karya schaffle yg berjudul structural and life of the social body, tahun 1885-86 belajar dijerman. Bukunya yg pertama berjudul the division of labor in society terbitan 1893