LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN
Cara hidup manusia dengan berbagai
sistem tindakan di jadikan sebagai objek penelitian dan analisis oleh ilmu
antropologisehingga aspek belajar merupakan aspek pokok. Itulah sebabnya dalam
hal memberi pembatasan terhadap konsep “kebudayaan” atau culture,
ilmu antropologi berbeda dengan ilmu lain. Kalau dalam sehari-hari “kebudayaan
di batasi hanya pada hal-hal yang indah (seperti candi, tari-tarian, seni rupa,
seni suara, kesusastraan, dan filsafat0 saja. Sedangkan dalam ilmu antropologi
lebih luas sifat dan ruang lingkupnya.
Menurut ilmu antropologi,
“kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, da hasil karya
manusia dalam kehidupan masyarakat yang di jadikan milik diri manusia dengan
belajar.[1]
Hal tersebut berarti bahwa hampir
seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena hanya sedikit tindakan
manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu di biasakan dengan belajar,
yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan
akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai tindakan
manusia yang merupakan kemampuan naluri yang membawa dalam gen bersama
kelahirannya (seperti makan, minum, dan berjlan dengan kakinya), juga di rombak
olehnya menjadi tindakan berkebudayaan.
Definisi yang menganggap bahwa
“kebudayaan” dan “tindakan kebudayaan” itu adalah segala tindakan yang harus di
biasakan oleh manusia dengan belajar (learned
behavior), juga di biasakan okeh ahli antropologi terkenal seperti
C.Wissler, C.Kluckhohn, A.Davis, atau A.Hoebel. definisi yang mereka ajukan
hanya beberapa saja di antara banyak definisi lain yang pernah di ajukan, tidak
hanya para sarjana antropologi tetapi juga leh para sarjana ilmu-ilmu lain
seperti sosiologi, filsafat, sejarah, kesusastraan,. Sarjana antropologi,
A.L.Kroeber dan C.Kluckhohn, pernah mengumpulkan sebanyak mungkin definisi
tentang kebudayaan yang pernah di nyatakan orang dalam tulisan, dan ternyata
bahwa ada paling sedikit 160 buah definisi. 160 buah definisi itu kemudian
mereka analisis, di cari latar belakang, prinsip dan intinya, kemudian di
klasifikasikan ke dalam beberapa tipe definisi. Hasil penelitian meneganai
definisikebudayaan tadi di terbitkan menjadi buku berjudul: Culture, A Critical Review of Concepts dan
Definitions.
PENGERTIAN
KEBUDAYAAN
Menurut Koentjaraningrat kata
“kebudayaan” berasal dari bahasa sanskerta buddhayah,
yaitu bentuk jamak dari buddhi
yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat di artikan
“hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada sarjana lain yangbmengupas kata
budaya sebagai suatu suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang bararti “daya dan budi”. Karena itu merek
membedakan “budaya” dan “kebudayaan”. Demikianlah “budaya” adalah “daya dan
budi” ynag berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil
dari cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam “antropologi budaya” perbedaan itu di
tiadakan. Budaya dan kebudayaan artinya sama saja.
Bagi seorang ahli antropologi,
istilah “kebudayaan” mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang telah merupakan
ciri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu. Sehubungan dengan itu maka
kebudayaan terdiri dari hal-hal seperti bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum,
kepercayaan agama dll.
Menurut
pendapat umum/pandangan masyarakat sehari-hari, kebudayaan adalah sesuatu yang
berharga atau baik.
Arkeologi,
linguistik, etnologi, subdisiplin, yang akan di bahas sesuatu ini semua
berhubungan dengan kebudayaan manusia dan dengan demikian dapat di kelompokkan
dalam sebagian luas yang di sebut antropologi budaya. Konsep kebudayaan adalah demikian
pentingnya untuk memahami antropologi sehingga perlu satu bab khusus seluruhnya
digunakan untuk merumuskan dan mendiskusikannya.[2]
SIFAT SUPERORGANIK KEBUDAYAAN
Manusia muncul di muka bumi, tentu telah ada benih-benih kebudayaan.
Telah ada bahasa sebagai alat komunikasi untuk perkembangan sistem pembagian
kerja dan interaksi antara warga kelompok. Ada kemampuan akal manusia untuk
menegmbangkan konsep-konsep lama makin tajam, yang dapat disimpan dalam bahasa
dan bersifat akumulatif. Mungkin waktu itu sudah ada alat-latnya yang pertama
berupa sebatang kayu untuk tongkat pukul dan segumpal batu untuk senjata
lempar kemudian di peruncing sehingga
menjadi senjata yang berguna sebagai alat tusuk, alat potong dll. Beribu tahun
kemudian dalam evolusi organik tampak perbedaan beragam ras, evolusi kebudayaan
mulai bercocok tanam dan kehidupan menetap.
Apabila
proseskebudayaan manusia kita bandingkan dengan evolusi organiknya. Dengan cara
menggambar dua garis grafik yang sejajar, maka akan tampak bahwa untuk waktu
hanya 2 juta tahun kedua garis itu sejajar artinya sama cepatnya. Tetapi pada
tempt yang menandakan waktu kira-kira 80.000 tahun lalu di pakai waktu
terjadinya homo sapiens, mulai melepaskan diri dari garis evousi organisme
manusia. Dengan melalui dua peristiwa revolusi kebudayaan yaitu revolusi
pertanian dan revolusi perkotaan, proses perkembangan tampak membumbung tinggi
dengan suatu kecepatan yang seolah-olah tidak dapat di kendalikan sendiri,
dalam waktu hanya 200 tahu saja melalui peristiwa yang di sebut revolusi
industri
Proses
perkembangan kebudayaan yang seolah-olah melepaskan diri dari evolusi organik
dan terbang sendiri membumbung tinggi ini merupakan proses yang oleh ahli
antropologi A.L.Kroeber di sebut proses perkembangan
superorganic dari kebudayaan.
WUJUD KEBUDAYAAN
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide,
gagasan, nilai, norma, peraturan, dan pikiran manusia.
Sistem budaya
karena hal tersebut saling berkaitan berdasarkan asas-asas yang erat
hubungannya sehingga menjadi relatif mantap dan kontinyu. Sifatnya abstrak,
lokasinya da dalam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu
hidup. Contohnya, jika warga masyarakat menyatakan gagasan mereka tadi dalam
tulisan maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan atau
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Sekarang
kebudayaan ideal banyak yang tersimpan dalam disket, arsip, koleksi microfilm
dan microfish, kartu komputer, silinder, dan pita komputer.
Ide dan gagasanmanusia
banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada
masyarakat itu. Gagasan itu satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi
suatu sistem. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut ini sistem budaya
atau cultural system.dalam bahasa
Indonesia terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud
ideal dari kebdayaan ini yaitu adat
istiadat.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas
manusia serta tindakan berpola dari manusia dan masyarakat.
Wujud kedua dari kebudayaan ini di sebut
sistem sosial atau social system,tentang tindakan berpola
dari tindakan manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan dan bergaul dari
waktu ke waktu, se;lalu menurut pola-pola tertentu yang berdasar adat tata
kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas-aktivitas manusia dalam suatu masyarakat,
sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-sehari
bisa di observasi, di foto, dan di dokumentasi.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia.
Aktivitas manusia yang
berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya
manusia untuk mencapai tujuannya, disebut kebudayaan fisik yang mulai dari
benda yang diam sampai benda yang bergerak.
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Unsur-unsur
kebudayaan meliputi semua kebudayaan di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan
terisolasi, maupun yang besar, kompleks, dan dengan jaringan hubungan yang
luas. Menurut konsep B.Malinwski, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur
universal, yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem teknologi
3. Sistem mata pencaharian
4. Organisasi sosial
5. Sistem pengetahuan
6. Religi
7. kesenian
Kerangka
kebudayaan merupakan dimensi analisis dari konsep kebudayaan yang di
kombinasikan ke dalam suatu bagan lingkaran untuk menunjukan bahwa kebudayaan
itu bersifat dinamis. Unsur kebudayaan yang universal itu dapat mempunyi tiga
wujud kebudayaan yaitu sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
Sistem sosial
dan sistem budaya merupakan sistem-sistem yang secara analisis dapat di
bedakan. Sistem sosial lebih banyak membahas kajian sosiologi, sedangkan sistem
budaya banyak di kaji dalam disiplin pengetahuan budaya.
Sistem itu memiliki ciri yaitu:
1. Fungsi
2. Satuan
3. Batasan
4. Bentuk
5. Lingkungan
6. Hubungan
7. Proses
8. Masukan
9. Keluaran
10. Pertukaran.
SISTEM BUDAYA
Sistem budaya
merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat
atau bagian dari kebudayaan yang di artikan adat istiadat yang mencakup sistem
nilai budaya, norma-norma menurut pranata dalam masyarakat yang bersangkutan
termasuk norma agama. Fungsi sistem budaya adalah menata dan memantapkan
tindakan serta tingkah laku manusia.[3]
Menurut
C.Kluckhon, tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan mengandung lima
masalah daar dalam kehidupan manusia yaitu:
1)
Masalah
hakikat dari hidup manusia
Ada kebudayaan
yang memandang hidup manusia itu suatu hal yang buruk, misalnya kebudayaan yang
terpengaruh oleh agama Budha. Kebudayaan yang memandang hakikat manusia itu
buruk maka manusia berusaha menjadikannya suatu hal yang baik.
2) Masalah hakikat dari karya manusia
Ada kebudayaan
yang memandang karya manusia hakkatnyabertujuan untuk memungkinkan hidup,
kebudayaan lain menganggapnya untuk memberikannya kedudukaan kehormatan dalam
masyarakat, sedangkan kebudayaan lain lagi menganggap sebagai suatuu gerak
hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
3) Masalah hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang
waktu
Ada kebudayaan
yang memandang penting masa lampau dalam kehidupan manusia. Orang akan lebih
sering menjadikan pedoman tindakannya contoh-contoh dan kejadian-kejadian masa
lampau. Sebaliknya, ada kebudayaan yang dimana orang mempunyai pandangan waktu
yang sempit, tidak memusingkan diri pada masa lampau atau masa yang akan
datang. Ada kebudayaan lain lagi yang mementingkan perencanaan hidup di masa
datang.
4) Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam
sekitarnya
Ada kebudayaan
yang memandang alam sebagai hal yang dahsyat sehingga manusia pada hakikatnya
bersifat menyerah tanpa berusaha banyak. Sebaliknya, ada yang memandang alam
sebagai hal yang haus di lawan oleh manusia dan mewajibkan agar menaklukan
manusia. Kebudayaan lain lagi menganggap bahwa manusia hanya dapat berusaha
mencari keselarasan dengan alam.
5) Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan
seseorang
Ada kebudayaan
yang mementingkan hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya, manusia berpedoman
kepada tokoh-tokoh atau atasan. Kebudayaan lain lebih mementingkan hubungan
horisontal antara manusia dengan sesamanya. Manusia sangat ketergantungan
kepada sesamanya. Usaha memelihara hubungan baik dengan sesamanya dianggapp
sangat penting dalam hidup. Selain itu ada banyak kebudayaan lain yang tidak
membenarkan anggapan bahwa manusia tergantung kepada orang lain. Kebudayaan
serupa itu mementingkan individualisme yang menganggap manusia harus berdiri
sendiri.
Menurut Bekker (1984:37) kebudayaan sebagai penciptaan dan
perkembangan nilai meliputi segala apa yang ada dalam alam fisik, personal, dan
sosial yang di sempurnakan untuk realisasi tenaga manusia dan masyarakat. Usaha
membudaya selalu dilanjutkan lebih sempurna lagi dan tak akan terbentur pada
suatu batas terakhir. Bukan nilai kuantitatif atau mutu kualitatif tersendiri
mengandung kemajuan kebudayaan. Yang menentukan adalah kesatuan, sintesis atau
konfigurasi nilai-nilai yang wajar.
Unsur kebudayaan
hasil penciptaan dan perkembangan nilai meliputi kebudayaan subjektif dan
kebudayaan objektif.
·
Kebudayaan
Subjektif
Di pandang dari
aspirasi fundamental yang ada pada manusia, nilai-nilai batin dalam kebudayaan
subyektif terdapat dalam perkembangan kebenaran kebajikan dan keindahan. Dalam
hierarki nilai perwujudannya tampak dalam kesehatan badan, penghalusan
perasaan, kecerdasan budi bersama bersama dengan kecakapan untuk
mengkomunikasikan hasil pemakaian budi kepada lain-lain serta kerohanian.
Kesehatan, gaya indah, kebajikan, dan kebijaksanaan merupakan puncak-puncak
bakat (ultimatum potetiae) dari badan, rasa kemauan dan akal. Itulah
dikonkretisasikan lebih lagi dalam keterampilan, kecekatan, keadilan
kedermawanan, elokuensi, dan fungsi-fungsilain yang di kembangkan dalam tabiat
manusia oleh pengalaman dan pendidikan. Lewat fungsi-fungsi itu manusia
menyempurnakan kosmos dan mengumanisasikan dirinya. Keselarasan nilai-nilai
subyektif diutamakan oleh humanisme klasik.
·
Kebudayaan
Objektif
Nilai-nilai
imanen dalam kebudayaan subjektif harus menyatakan diri dalam tata lahir
sebagai materialisasi institusionalisasi.di sana terbentanglah dunia Kebudayaan
Objektif yang amat luas dan serba guna, yang di hasilkan oleh usaha raksasa
ratusan angkatan sepanjang sejarah. Sedikit demi sedikit dibina, dengan “trial
dan error”, dengan maju mundur, dengan pinjam meminjam antar kebudayaan. Di
sana dialog manusia alam memuncak. Nilai-nilai yang di realisasikan secara
batin, sekali di proyeksi secara serupa merupakan landasan untuk perkembangan
batin lebih lanjut dan demikian terus menerus dalam sarang yang semakin
kompleks. Nilai-nilai objektif itu, yang juga di sebut hasil unsur kebudayaan
itu dapat di sistematisasikan menurut beberapa prinsip pembagian, antara lain:
ilmu pengetahuan, teknologi kesosialan, ekonomi, kesenian, dan agama.
SISTEM SOSIAL
Teori sistem
sosial di perkenalkan oleh sosiolog Amerika, Talcot Parsons. Konsep sistem
sosial merupakan merupakan konsep relasional sebagai pengganti kosep
eksistensional perilaku sosial. Konsep struktur di gunakan untuk analisis
abstrak, sedangkan konsep sosial merupakan alat analisis realitas sosial
sehingga sistem sosial menjadi suatu model analisis terhadap organisasi sosial.
Konsep sistem sosial adalah alat pembantu untuk menjelaskan tentang
kelompok-kelompok manusia. Model ini bertitik tolak dari pandangan bahwa
kelompok–kelompok manusia merupakan suatu sistem. Tiap-tiap sistem sosial
terdiri atas pola-pola perilaku tertentu yang mempunyai struktur dalam dua
arti, yaitu relasi-relasi sendiri antara orang-orang bersifat agak menetapdan
tidak cepat berubah, dan perilaku-perilaku empunyai corak atau bentuk yang
relatif mantap.
Persons menyusun strategi untuk analisis fungsional yang
meliputi semua sistem sosial termasuk hubungan berdua, kelompok kecil,
keluarga, organisasi kompleks, da juga masyarakat keseluruhan. Sebgai suatu sistem
sosial, ia mempunyai bagian yang saling mengikat satu sama lain dalam
kebudayaan yang saling menguntungkan. Dalam suatu sistem sosial paling tidak harus
terdapat emapat hal, yaitu:
1.
Dua
orang lebih
2.
Terjadi
interaksi antara mereka
3.
Bertujuan
4.
Memiliki
struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama yang pedomaninya.
Kemudian Persons mengatakan bahwa sistem sosial tersebut dapat
berfungsi apabila di penuhi empat persyaratan fungsional, yaitu:
1.
Adaptasi,
menunjukan pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi
lingkungannya
2.
Mencapai
tujuan, merupakan persyaratan fungsional bahwa tindakan itu di arahkan pada
tuuan-tujuan (bersama sistem sosial)
3.
Integrasi,
merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interelasi antara para anggota
dalam sistem sosial
4.
Pemeliharaan
pola-pola tersembunyi, konsep latensi pada berhentinya interaksi akibat
keletihan dan kejenuhan sehingga tunduk pada sistem lainnya yang mungkin
terlihat
Model persyaratan fungsional Persons ini dapat di gunakan untuk
menganalisis interaksi diantara pola-pola institusional utama di dalam
sistem-sistem sosial yang lebih besar. Sistem sosial terdiri atas satuan-satuan
interaksi sosial. Unsur-unsur tersebut membentuk struktur sistem sosial itu
sendiri dan mengatur sistem sosial. Unsur-unsur sistem soial tersebut terdiri
dari:
1.
Keyakinan
(pengetahuan)
2.
Perasaan
(sentimen)
3.
Kedudukan
peranan (status)
4.
Tingkatan
atau pangkat (rank)
5.
Kekuasaan
atau pengaruh (power)
6.
Sangsi
7.
Sarana
atau fasilitas
8.
Tekanan
ketegangan (stress-strain)
9.
Tujuan,
sasaran, dan cita-cita
10. Norma